forum penghasil uang

Sabtu, 14 Mei 2011

philosophy of the five daily prayers

What exactly is the meaning of praying five times? Praying five times is actually a description of the various conditions we are different throughout the day. We go through five stages of the condition at the time was experiencing a natural disaster and the nature of our demands that we should pass it. First, is when we get an idea that we will face disaster. For example, imagine there's a letter calling for us to face a court. The first condition will be directly spreading a sense of serenity and calm us. Conditions such as receiving subpoenas are similar to the time when the sun began to slip. In line with these spiritual conditions set noon prayer is when the sun began to slip.


We are experiencing a second when we seemed to draw near to where the accident occurred. For example, after being arrested by summons, it's time we brought before a judge. At such times we feel the turmoil of feelings and thought that all sense of security has left us. Such conditions are similar to the situation when the sunlight began to dim and people could see the sun directly and realized that soon the sun was going down. In line with such a spiritual condition in ordain the Asr prayer.


The third condition is a state when we feel lost all hope of salvation from disaster. For example, after noting the evidence demands that will bring destruction to us, we are charged with a violation which has prepared an indictment. At such times, we feel like losing all your senses and start thinking consider themselves as prisoners. Such conditions are similar to the time when the sun sets and hope to see the light of day had vanished because of it. Maghrib prayers at command line with such spiritual condition.


The fourth condition is when calamity struck us directly where the murky darkness had enveloped us. For example, after reading the evidence, we seem then convicted and transferred to prison. Such conditions are typical of the night when everything is shrouded in the murky darkness. For such a spiritual condition in ordain Isha prayers.


After spending a period of time in darkness and suffering, there came a burst of divine mercy raised and saved us from the darkness with the dawn that replaces the darkness of night where the morning light began to appear. Fajr set for such a spiritual condition.


Based on the fifth and hold these changing conditions then Allah swt have set for our five daily prayers. Thus we can understand that the prayers are arranged time for the good of our own heart. If we want safety from all calamities, let us not neglect to pray five times because it is a reflection of the internal conditions and our spirituality. Prayer is the antidote for all the calamities that may threaten. We never know what circumstances brought on by the next day. Therefore, before the beginning of the day, implore the Almighty God that the Eternal for the day was a source of benefit and blessing to us.





Senin, 09 Mei 2011

falsafah shalat lima waktu

Apa sebenarnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu sebenarnya merupakan gambaran dari berbagai kondisi kita yang berbeda-beda sepanjang hari. Kita melewati lima tahapan kondisi pada saat sedang mengalami musibah dan fitrat alamiah kita menuntut bahwa kita harus melewatinya. Pertama, adalah ketika kita mendapat gambaran bahwa kita akan menghadapi musibah. Sebagai contoh, bayangkan ada surat panggilan bagi kita untuk menghadap ke suatu pengadilan. Kondisi pertama ini akan langsung meruyak rasa ketenangan dan keteduhan kita. Kondisi seperti menerima surat panggilan pengadilan ini mirip dengan saat ketika matahari mulai menggelincir. Sejalan dengan kondisi keruhanian tersebut ditetapkanlah shalat Dhuhur yaitu ketika matahari mulai menggelincir.

Kita mengalami kondisi kedua ketika kita sepertinya mendekat kepada tempat musibah terjadi. Sebagai contoh, setelah ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kita diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian kita merasakan kegalauan perasaan dan beranggapan bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita. Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan ketika sinar matahari mulai suram dan manusia bisa melihat matahari secara langsung serta menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu akan terbenam. Sejalan dengan kondisi keruhanian seperti itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.

Kondisi ketiga adalah keadaan ketika kita merasa kehilangan segala harapan memperoleh keselamatan dari musibah. Sebagai contoh, setelah mencatat bukti-bukti tuntutan yang akan membawa kehancuran diri kita, kita didakwa dengan bentuk pelanggaran dimana telah disiapkan surat dakwaan. Pada saat demikian, kita merasa sepertinya kehilangan semua indera dan mulai berfikir menganggap diri sebagai narapidana. Kondisi seperti itu mirip dengan saat ketika matahari terbenam dan harapan melihat terang hari sudah pupus karenanya. Diperintahkanlah shalat Maghrib yang sejalan dengan kondisi keruhanian demikian.

Kondisi keempat adalah ketika kita ditimpa musibah secara langsung dimana kegelapannya yang kelam telah menyelimuti diri kita. Sebagai contoh, setelah pembacaan bukti-bukti maka kita sepertinya lalu divonis dan diserahkan untuk dipenjarakan. Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan malam ketika semuanya diselimuti kegelapan yang kelam. Untuk kondisi keruhanian seperti itu ditetapkanlah shalat Isya.

Setelah menghabiskan satu kurun waktu dalam kegelapan dan penderitaan, datanglah rahmat Ilahi yang meluap mengemuka dan menyelamatkan kita dari kegelapan dengan datangnya fajar yang menggantikan kegelapan malam dimana sinar pagi mulai muncul. Shalat Subuh ditetapkan untuk kondisi keruhanian seperti itu.

Berdasarkan kelima kondisi yang berubah terus tersebut maka Allah s.w.t. telah mengatur shalat lima waktu bagi kita. Dengan demikian kita bisa memahami bahwa shalat tersebut diatur waktunya bagi kemaslahatan kalbu kita sendiri. Bila kita menginginkan keselamatan dari segala musibah, janganlah kita sampai mengabaikan shalat lima waktu karena semua itu merupakan refleksi dari kondisi internal dan keruhanian kita. Shalat merupakan obat penawar bagi segala musibah yang mungkin mengancam. Kita tidak pernah mengetahui keadaan bagaimana yang dibawa oleh hari berikutnya. Karena itu sebelum awal hari, mohonlah kepada Tuhan kita yang Maha Abadi agar hari tersebut menjadi sumber kemaslahatan dan keberkatan bagi kita.